SELAMAT DATANG DI WEBSITE KAMI, APABILA ADA PERTANYAAN SEPUTAR WEBSITE INI SILAHKAN TULIS DI KOLOM KOMENTAR,TERIMA KASIH

ANTENA PARABOLA

Rabu, 16 Maret 2016

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SELEKSI SISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SELEKSI SISWA BERPRESTASI
MENGGUNAKAN METODE AHP
(STUDI KASUS: SMK NEGERI RAJAPOLAH)

 

Oleh :
Kelompok 2

1.      Yaya Muhidin  3213089
 2.      Wawan Iswandi  3213041
3.      Pipih Nurpianti  3213047
4.      Siti Muthoharoh  3213087





SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) BANDUNG
Jalan Cikutra No. 113 Bandung www.stmik-bandung.ac.id




Sistem Penunjang Keputusan Seleksi Siswa Berprestasi
Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus: SMK Negeri Rajapolah)

Program Studi Sistem Informasi, STMIK Bandung
Jalan Cikutra No. 113 Bandung
www.stmik-bandung.ac.id
Abstract
Decision Support System  (DSS) for  selection of  student achievement using the AHP method is  based  on  data  available  at  the  Academic  Student  in  SMK Negeri Rajapolah.  Analytic Methods  Hierarchy  Process  (AHP)  is  a  method  where  pairing  some  criteria  from alternative  decision  making.  Student  achievement  settlement  process  selection  using  AHP method  starts  with  the  process  of  determining  the  priority  order  of  criteria  for  student achievement,  determine  the  weight  of  each  candidate  Student  Achievement,  create  a  matrix with  the  contents  of  the  order  of  priority  criteria  and  the  weights  were  then  calculated  by the  method  of  AHP.  The  final  result  of  the  global  priority  student  achievement  is  used  as  a tool selection decision SMK Negeri Rajapolah Student achievement in. The criteria used were the  criteria  laid  out  in  the  manual  selection  of  Student  Achievement,including by  the  Grade  Point  Average  (GPA),  Scientific  paper, Extra Curricular, and Personality.  While the alternative use  of the  data  sample.  Applications  can  calculate  the  ratio  of  the  alternative,  may  determine  the priority of alternatives and can determine global priorities that could help the management in decision-making student achievement election.

Keywords  :  analytic  hierarchy  process,  alternative,  AHP,  criteria,  decision  support  system, global priority, student achievement,.



1.      PENDAHULUAN

Dalam dunia pendidikan salah satu cara untuk membuktikan bahwa siapa yang dapat menjadi Siswa terbaik yaitu dengan mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan mereka melalui predikat Siswa. Siswa berprestasi harus memenuhi beberapa kriteria baik secara akademis maupun non akademis. Adapun kriteria akademis yang di maksud secara umum meliputi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) untuk Siswa. Kriteria non akademis Siswa meliputi prestasi yang diraih oleh Siswa tersebut, keaktifan dalam organisasi atau kegiatan ekstrakurikuler, kemampuan berkomunikasi yang baik. Selain kedua faktor diatas ada satu kriteria lagi yang menjadi tolak ukur dalam memberikan keputusan bagi penulis untuk menentukan siapa yang layak menjadi siswa berprestasi yaitu pengetahuan umum mereka. Untuk mendukung penyeleksian tersebut, maka dibutuhkan sistem penunjang keputusan untuk menentukan keputusan yang diambil. Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah bagian dari Sistem Informasi berbasis komputer, termasuk sistem berbasis pengetahuan (manajemen pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau sebuah perusahaan. Konsep sistem pendukung keputusan diperkenalkan pertama kali oleh Michael S. Scoott Morton pada tahun 1970-an dengan istilah Management Decision System (Sprague,1982).
SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, dan menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan alternatif. Sistem pendukung keputusan ini membantu melakukan penilaian setiap Siswa, melakukan perubahan kriteria, dan perubahan nilai bobot. Hal ini berguna untuk memudahkan pengambilan keputusan yang terkait dengan masalah seleksi Siswa berprestasi, sehingga akan di dapatkan siapa Siswa yang paling layak diberi penghargaan karena prestasinya.
Banyak metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan. Salah satu metode tersebut yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Konsep metode AHP adalah merubah nilai-nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif. Sehingga keputusan-keputusan yang diambil bisa lebih obyektif. Pada saat ini metode AHP juga telah digunakan oleh beberapa peneliti, misalkan untuk ”Pemilihan Karyawan Berprestasi” (Armadiyah Amborowati, 2006) atau ”Pengembangan Produktivitas Hotel” (Yulia, Dkk, 2006). Hasil penelitian ini dapat mempermudah unsur pimpinan SMK Negeri Rajapolah  dalam menentukan siapa yang menjadi Siswa berprestasi di SMK Negeri Rajapolah. Walaupun demikian, hasil penelitian ini bukan satu-satunya alat yang digunakan untuk pengambilan keputusan, dikarenakan adanya hal-hal yang masih bersifat subyektif. Dan hal ini merupakan hal yang wajar.

2.      DASAR TEORI
Sistem  Penunjang  Keputusan  (SPK)  adalah  bagian  dari  sistem  informasi berbasis  komputer  termasuk  sistem  berbasis  pengetahuan  untuk  mendukung pengambilan  keputusan  dalam  suatu  organisasi  atau  perusahaan.  SPK  juga  dapat merupakan  sistem  komputer  yang  mengolah  data  menjadi  informasi  untuk mengambil  keputusan  dari  masalah  semi-terstruktur  yang  spesifik.  SPK  dapat menjadi  alat  bantu  bagi  para  pengambil  keputusan  untuk  memperluas  kapabilitas mereka,  namun  tidak  untuk  menggantikan  penilaian  mereka.  SPK  ditujukan  untuk keputusan-keputusan  yang  memerlukan  penilaian  atau  pada  keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma.
Menurut  Herbert  A.  Simon  proses  pengambilan  keputusan mempunyai  3  tahap yaitu:
1.      Pemahaman
Menyelidiki  lingkungan  kondisi-kondisi  yang  memerlukan  keputusan  data
mentah  yang  diperoleh,  diolah  dan  diperiksa  untuk  dijadikan  petunjuk  yang dapat menentukan masalahnya.
2.      Perancangan
Menemukan,  mengembangkan,  dan  menganalisa  arah  tindakan  yang  mungkin dapat  dipergunakan.  Hal  ini  mengandung  proses-proses  untuk  memahami masalah,  untuk  menghasilkan  cara  pemecahan,  dan  untuk  menguji  apakah  cara pemecahan tersebut dapat dilaksanakan.
3.      Pemilihan
Memilih  arah  tindakan  tertentu  dari  semua  arah  tindakan  yang  ada.  Pilihan  ditentukan dan dilaksanakan.
Prinsip  kerja  AHP  adalah  penyederhanaan  suatu  persoalan  kompleks  yang tidak  terstruktur  dan  dinamik  menjadi  bagian-bagiannya,  serta  menata  dalam hierarki.  Kemudian  tingkat  kepentingan  setiap  variable  diberi  nilai  numeric  secara subjektif tentang  arti  penting  variabel  tersebut  secara  relative  dibandingkan  dengan variabel  yang  lain.  Dari  berbagai  pertimbangan  tersebut  kemudian  dilakukan sintesa  untuk  menetapkan  variabel  yang  memiliki  prioritas  tinggi  dan  berperan untuk mempengaruhi hasil pada system tersebut.
Pada Gambar 1, secara grafis persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan
sebagai  diagram  bertingkat,  yang  dimulai  dengan  goal/sasaran.  Lalu  kriteria  level pertama,  subkriteria  dan  akhirnya  alternatif.  AHP  memungkinkan  pengguna  untuk memberikan  nilai  bobot  relative  dari  suatu  kriteria  majemuk  (atau  alternatif majemuk  terhadap  suatu  kriteria)  secara  intuitif,  yaitu  melakukan  perbandingan berpasangan  (pairwise  comparisions).  Dr.  Thomas  L.  Saaty,  pembuat  AHP, kemudian  menentukan  cara  yang  konsisten  untuk  mengubah  perbandingan berpasangan  menjadi  suatu  himpunan  bilangan  yang  mempresentasikan  prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif.
AHP  memiliki  banyak  keunggulan  dalam  menjelaskan  proses  pengambilan keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga  mudah dipahami oleh semua  pihak  yang  terlibat  dalam  pengambilan  keputusan.  Selain  itu  AHP  juga menguji  konsistensi  penilaian,  bila  terjadi  penyimpangan  yang  terlalu  jauh  dari nilai  konsistensi  sempurna,  maka  hal  ini  menunjukkan  bahwa  penilaian  perlu diperbaiki, atau hierarki harus distruktur ulang.
Adapun langkah-langkah metode AHP adalah :
1.      Menentukan  jenis-jenis  kriteria  yang  akan  menjadi  persyaratan  calon siswa yang mengikuti seleksi.
2.      Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan.
3.      Menjumlah matriks kolom.
4.      Menghitung  nilai  elemen  kolom  kriteria  dengan  rumus  masing-masing elemen kolom dibagi dengan jumlah matriks kolom.
5.      Menghitung  nilai  prioritas  kriteria  dengan  rumus  menjumlah  matriks  baris hasil langkah ke 4 dan hasilnya 5 dibagi dengan jumlah kriteria.
6.      Menentukan alternatif-alternatif yang akan menjadi pilihan.
7.      Menyusun  alternatif-alternatif  yang  telah  ditentukan  dalam  bentuk  matriks berpasangan  untuk  masing-masing  kriteria.  Sehingga  akan  ada  sebanyak  n buah matriks berpasangan antar alternatif.
8.      Masing-masing  matriks  berpasangan  antar  alternatif  sebanyak  n  buah  matriks, masing-masing matriksnya dijumlah per kolomnya.  
9.      Menghitung  nilai  prioritas  alternatif  masing-masing  matriks  berpasangan antar alternatif dengan rumus seperti langkah 4 dan langkah 5.
10.  Menyusun  matriks  baris  antara  alternatif  versus  kriteria  yang  isinya  hasil perhitungan proses langkah 7, langkah 8 dan langkah 9.
11.  Hasil  akhirnya  berupa  prioritas  global  sebagai  nilai  yang  digunakan  oleh pengambil keputusan berdasarkan skor yang tertinggi.

Dalam  penilaian  kriteria  dan  alternatif  menurut  Saaty  (1983),  untuk  berbagai persoalan,  skala  1  sampai  9  adalah  skala  terbaik  dalam  mengekspresikan  pendapat. Nilai  dan  definisi  pendapat  kualitatif  dari  skala  perbandingan  Saaty  dapat  dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.1 Nilai Definisi Pendapat Kualitatif dari Skala Perbandingan Saaty (1983)
NILAI
KETERANGAN
1
3
5
7
9
2.4.6.8
Kriteria/Alternatif A sama penting dengan Kriteria/Alternatif B
A sedikit lebih penting dari B
A jelas lebih penting dari B
A sangat jelas lebih penting dari B
A mutlak lebih penting dari B
Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 (satu) dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A.


3.      PEMBAHASAN

3.1.       Perumusan Masalah
Proses penentuan prioritas menggunakan metode AHP dimulai dari proses perumusan masalah yaitu proses untuk menentukan kriteria dan alternatif dari penyeleksian. Dalam kasus penyeleksian siswa berprestasi kali ini kriterianya ada empat yaitu Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), Karya Tulis Ilmiah, aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan mempunyai kepribadian yang baik. Sedangkan untuk alternatifnya panitia seleksi siswa berprestasi memilih beberapa calon yang berpotensi untuk mengikuti seleksi selanjutnya. Hierarki seperti ditunjukkan Gambar 2.


  


Gambar 1. Struktur Hirarki Seleksi Siswa Berprestasi menggunakan
Metode AHP

Pada  gambar  1  menunjukkan  hierarki  seleksi  siswa  berprestasi  yang berisi  alternatif-alternatif  yang  akan  dibandingkan  satu  sama  lain  dengan kriterianya.  Sebagai  contoh  nilai  IPK  dari  Calon  1  akan  dibandingkan  dengan  nilai IPK  Calon  2,  Calon  3,  Calon  4,  dan  Calon  lainnya.  Begitu  seterusnya  untuk kriteria-kriteria lain. Proses pembandingan nilai tersebut adalah proses pembobotan alternatif untuk mendapatkan prioritas atau rangking dari setiap alternatifnya.
Dari  keempat  calon  siswa  berprestasi  tersebut  perlu  ditentukan  tingkat kepentingannya. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti :
a.       Menentukan bobot secara sembarang
b.      Membuat skala interval untuk menentukan ranking setiap Kriteria
c.       Menggunakan  prinsip  kerja  AHP,  yaitu  perbandingan  berpasangan  (pairwise comparisions),  tingkat  kepentingan  (importance)  suatu  kriteria relatif terhadap kriteria lain dapat dinyatakan dengan jelas.

3.2.   Pembobotan Alternatif
Perhitungan pembobotan alternatif dilakukan dengan cara menyusun matriks berpasangan untuk alternatif-alternatif bagi setiap kriteria.
1.    Contoh Pembobotan alternatif untuk kriteria pertama (IPK)
Masukkan data nama-nama calon siswa yang direkomendasikan dalam bentuk matriks berpasangan, sebagai contoh penulis memasukkan empat alternatif dalam perhitungan bobot alternatif ini. Untuk mengisi data kolom ketiga baris ketiga yaitu perbandingan antara Calon 2 dan Calon 1. Calon 2 dan Calon 1 mempunyai nilai IPK dengan grade yang hampir sama, tetapi sedikit lebih unggul Calon 2 daripada Calon 1. Maka, perbandingan Calon 2 dengan Calon 1 adalah 1/3. 1 (satu) adalah nilai perbandingan Calon 2 dan Calon 1, sedangkan 3 (tiga) adalah nilai perbandingan Calon 1 dengan Calon 2. Berikut hasil perbandingan berpasangan kasus di atas:
Tabel 2. Perbandingan Berpasangan Pembobotan Alternatif untuk Kriteria IPK
IPK
CALON 1
CALON 2
CALON 3
CALON 4
Calon 1
1/1 = 1,00
2/1 = 2,00
¼ = 0,25
2/1 = 2,00
Calon 2
½ = 0,50
1/1 = 1,00
1/3 = 0,33
4/1 = 4,00
Calon 3
4/1 = 4,00
3/1 = 3,00
1/1 = 1,00
2/1 = 2,00
Calon 4
½ = 0,50
¼ = 0,25
½ = 0,50
1/1 = 1,00
Jumlah
6,000
6,250
2,083
8,000

Setelah  menentukan  nilai/bobot  perbandingan  berpasangan,  maka  masing-masing  sel  di  atas  dibagi  dengan  jumlah  kolom  masing-masing,  contoh  untuk mengisi  kolom  pertama  (Calon  1  -  Calon  1)    yaitu  bobot  Calon  1=  1,000  jumlah Calon 1 = 6,000 sehingga diperoleh hasil untuk kolom pertama (Calon 1 – Calon 1) =  1/6  =  0,1667  seperti  yang  ada  di  tabel  3  (gunakan  cara  yang  sama  untuk  mengisi kolom yang lain). Sehingga diperoleh hasil seperti yang ada di tabel 3.

Tabel 3. Hasil Perbandingan Berpasangan Pembobotan Alternatif untuk Kriteria IPK.
IPK
CALON 1
CALON 2
CALON 3
CALON 4
Jumlah
Calon 1
0,1667
0,3200
0,1200
0,2500
0,8567
Calon 2
0,0833
0,1600
0,1599
0,5000
0,9032
Calon 3
0,6667
0,4800
0,4801
0,2500
1,8768
Calon 4
0,0833
0,0400
0,2400
0,1250
0,4833

Setelah diketahui hasil jumlah tiap baris, maka hitung nilai prioritas alternatif untuk kriteria IPK dengan rumus jumlah baris dibagi dengan banyaknya alternatif (dalam penelitian ini ada 4 alternatif), sebagai contoh untuk mengisi kolom pertama (prioritas kriteria Calon 1) yaitu Jumlah baris Calon 1 = 0,8567 banyak kriteria = 4 sehingga diperoleh hasil untuk kolom pertama (Prioritas kriteria Calon 1) = 0,8567/4 = 0,2141 seperti yang ada di tabel 3. (gunakan cara yang sama untuk mengisi kolom yang lain). Sehingga diperoleh hasil seperti yang ada di tabel 4.
Tabel 4. Hasil Prioritas Kriteria Siswa Berprestasi Berdasarkan IPK.
IPK
PRIORITAS KRITERIA
RANKING
Calon 1
0,2141
III
Calon 2
0,2258
II
Calon 3
0,4692
I
Calon 4
0,1208
IV



3.3.  Pembobotan alternatif untuk kriteria berikutnya.
Contoh pembobotan untuk kriteria berikutnya seeperti karya tulis, kegiatan ekskul dan penilaian kepribadian dapat dilakukan seperti cara di bagian 3, sub 1 diatas. Hasil perhitungan akhir diperoleh seperti tabel 5.

Tabel 5. Hasil Prioritas Kriteria Siswa Berprestasi Berdasarkan Karya Tulis Ilmiah
KARYA TULIS
PRIORITAS KRITERIA
RANKING
Calon 1
0,3569
III
Calon 2
0,3852
II
Calon 3
0,4836
I
Calon 4
0,2344
IV

       Dari hasil pembobotan alternatif tiap kriteria di atas, maka dapat dibuat sebuah tabel prioritas global yang memuat semua data prioritas alternatif berdasarkan kriterianya masing-masing seperti table 6.

Tabel 6.  Data Prioritas Global Siswa Berprestasi
GLOBAL
IPK
KARYA TULIS
EKSKUL
KEPRIBADIAN
TOTAL
Calon 1
0,2141
0,1098
0,1065
0,4644
0,8948
Calon 2
0,2258
0,2724
0,2175
0,3007
1,0164
Calon 3
0,4692
0,5512
0,0738
0,1781
1,2723
Calon 4
0,1208
0,6666
0,6022
0,0569
1,4465
Setelah  diketahui  hasil  jumlah  tiap  baris,  maka  hitung  nilai  prioritas  global dengan  rumus  jumlah  baris  dibagi  dengan  banyaknya  alternatif  (dalam  penelitian ini ada 4 alternatif), sehingga diperoleh hasil seperti yang ada di tabel 7.




Tabel 7. Tabel Hasil Prioritas Global Siswa Berprestasi
GLOBAL
PRIORITAS GLOBAL
RANKING
Calon 1
0,3569
III
Calon 2
0,3852
II
Calon 3
0,4836
I
Calon 4
0,2344
IV

Dari  hasil  perhitungan  prioritas  global  di  atas,  dihasilkan  rangking  atau peringkat  dari  keempat  calon  siswa  berprestasi  yaitu  Calon  3  menempati urutan  pertama  dengan  nilai  prioritas  0,4836  ,  kemudian  Calon  2  urutan  kedua dengan nilai prioritas 0,3852 , urutan ketiga Calon 1 dengan nilai prioritas 0,3569 , dan yang terakhir Calon 4 dengan nilai prioritas 0,2344.

4.      IMPLEMENTASI
4.1.   Implementasi Perangkat Lunak
a.    Form Menu Siswa Berprestasi
Gambar 2 merupakan form menu utama sistem. Pada menu bar terdiri dari menu input data yang berisi form input data kriteria dan input data alternatif. Menu kedua adalah menu pembobotan alternatif. Menu ketiga adalah menu lihat data. Menu lihat meliputi lihat data kriteria, lihat data alternatif, lihat data prioritas alternatif dan lihat data prioritas global. Menu keempat adalah menu laporan.


b.   Form Input Data Alternatif (Siswa Berprestasi)
Form ini merupakan form input data alternatif siswa berprestasi. Data yang diinputkan meliputi data diri siswa seperti NIS, Nama, Program Studi, Semester dari siswa tersebut. Selain itu ada juga penginputan data prestasi dan data penilaian untuk mendukung proses seleksi Siswa Berprestasi.
 

c.    Form Pembobotan Alternatif (Siswa berprestasi)
Form ini untuk proses pembobotan menggunakan metode AHP. Form  pada  gambar  4  terdiri  dari  beberapa  inputan  seperti  kriteria,  alternatif dan bobot. Form berisi pemiilihan kriteria yang akan  diuji, dan pilihan empat calon siswa  Berprestasi  yang  akan  diseleksi  dan  dibandingkan menggunakan perbandingan berpasangan.
 
d.   Form Hasil Pembobotan Alternatif
Form ini merupakan form hasil pembobotan alternatif Siswa berprestasi merupakan form untuk menampilkan data hasil proses pembobotan menggunakan metode AHP.
 

Gambar 5. Form Hasil Pembobotan Alternatif
Jika jumlah proses pembobotan sudah memenuhi syarat yaitu jumlah record sama dengan jumlah kriteria, maka tombol prioritas global akan aktif. User dapat menghitung nilai dari prioritas global dan masuk ke form prioritas global.
e. Form Perhitungan Prioritas Global
Gambar 6 merupakan form perhitungan prioritas global. Form ini merupakan form untuk menentukan nilai dari prioritas global dengan menggunakan metode AHP. Terdiri dari dua grid data, yang pertama merupakan grid data hasil pembobotan alternatif. Sedangkan grade yang kedua merupakan grid data prioritas global.
  

   Gambar 6. Form Perhitungan Prioritas Global

f. Cetak Data Prioritas Global



Gambar 7. Cetak Data Prioritas Global
Gambar 7 merupakan hasil pencetakan data prioritas global Siswa berprestasi menggunakan data report, yang menampilkan data prioritas global Siswa berprestasi yang sudah diinputkan ke dalam sistem penunjang keputusan seleksi siswa berprestasi.
5.      KESIMPULAN
1.    Dalam proses pengambilan keputusan untuk seleksi Siswa berprestasi melalui 3 tahap yaitu tahap perumusan masalah, tahap pembobotan alternatif dan tahap penentuan rangking.
2.    Adapun kriteria-kriteria yang diambil dalam aplikasi ini yaitu sebagai berikut :
a.       Indeks Prestasi Kumulatif / Nilai Rata-rata Raport
b.      Karya tulis ilmiah
c.       Kegiatan  ekstra-kurikuler
d.      Kepribadian
3. Sistem Penunjang Keputusan yang dibuat dengan menggunakan metode AHP
    melakukan perhitungan secara otomatis ketika user menginputkan nilai dan
    bobot, sehingga dapat mengurangi masalah dalam pengambilan keputusan
    dalam penentuan Siswa berprestasi.
4.Hasil akhir dari aplikasi berupa proses pemilihan yang berupa laporan (view)
   yang memuat semua komponen yang berperan dalam proses pemilihan.


DAFTAR PUSTAKA
Marimin, 2004. “Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk” Grafindo.
Moekijat, 1986. “Pengantar Sistem Informasi Manajemen”. Remaja Karya CV Bandung.
Padmowati, Rosa de Lima Endang. 2009. “Pengukuran Index Konsistensi dalam Proses Pengambilan Keputusan Menggunakan Metode AHP.” UPN Yogyakarta.
Pressman, Roger S. Ph.D. 1997. “Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi (Buku Satu).” Penerbit Andi.  
Supriyono, Dkk, 2007. “Sistem Pemilihan Pejabat Struktural dengan Metode AHP.” Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN.
Tim Akademik.“Pedoman Akademik STMIK CIC Cirebon”. STMIK CIC Cirebon.
Turban, E., 1991. “Decission Support System and Expert System, 4th edition,” Prentice Hall, Inc.






                                                                                            


2 komentar:

  1. wow.. rajin pa :D sae pisan nu ngora eleh..

    BalasHapus
  2. Pasti atuh neng, kan smabil ngerjakeun tugas, sambil berbagi ke orang lain.

    BalasHapus